Janda Bulukumba Cari Jodoh
Di sudut kota Bulukumba, Sulawesi Selatan, seorang janda bernama Santi tengah menanti takdir cintanya. Perempuan berusia 35 tahun itu tak henti berdoa di malam sunyi, memohon agar Tuhan mengirimkan tambatan hati yang tepat.
Setelah bertahun-tahun menjanda, Santi merasa kesepian. Ia merindukan sosok pendamping yang bisa mengisi kekosongan hatinya dan menjadi teman berbagi suka dan duka. Namun, pencarian cinta tak semudah yang ia bayangkan.
“Sering kali saya merasa sendiri,” ujar Santi dengan mata berkaca-kaca. “Saya ingin memiliki seseorang yang bisa saya ajak bicara, yang bisa memberikan saya perhatian dan kasih sayang.”
Santi mengaku pernah mencoba beberapa aplikasi kencan online, tetapi tak kunjung menemukan jodoh yang cocok. Ia pun sempat mendaftar di biro jodoh, namun hasilnya nihil.
“Saya sudah menyerah dengan biro jodoh. Biaya pendaftarannya mahal, tapi hasilnya tidak sesuai harapan,” ungkap Santi getir.
Di tengah kekecewaannya, Santi tak pernah lelah berharap. Ia yakin bahwa suatu hari nanti ia akan bertemu dengan pria yang tepat.
“Saya masih percaya dengan jodoh. Saya yakin Tuhan akan mempertemukan saya dengan seseorang yang bisa melengkapi hidup saya,” tutur Santi dengan suara penuh keyakinan.
Kisah Santi hanyalah satu dari sekian banyak kisah janda di Bulukumba yang mencari jodoh. Di kota kecil ini, status janda masih dipandang negatif oleh sebagian masyarakat.
“Janda sering dianggap aib, bahkan dijauhi oleh orang lain,” kata Suri, janda berusia 30 tahun. “Padahal, kami juga manusia yang berhak mendapatkan kasih sayang.”
Suri mengaku sering mengalami diskriminasi karena status jandanya. Ia sulit mendapatkan pekerjaan dan sering kali menjadi bahan gunjingan tetangga.
“Saya hanya ingin diperlakukan seperti perempuan lain. Saya ingin memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kebahagiaan,” ujar Suri sedih.
Menanggapi fenomena tersebut, pemerintah daerah Bulukumba berupaya mengubah pandangan masyarakat terhadap janda. Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf, menegaskan bahwa janda adalah bagian dari masyarakat yang harus dihargai dan dilindungi.
“Jangan ada lagi stigma negatif terhadap janda. Mereka juga punya hak yang sama seperti perempuan lainnya,” tegas Andi Muchtar.
Pemerintah daerah pun telah melakukan berbagai program pemberdayaan bagi janda, seperti pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian janda.
Selain itu, pemerintah juga menggalakkan sosialisasi tentang hak-hak janda dan pentingnya menghapus stigma negatif. Upaya ini diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi janda.
Sementara itu, Santi dan Suri berharap suatu hari nanti mereka bisa menemukan jodoh yang tepat. Mereka percaya bahwa setiap orang berhak dicintai dan bahagia, tak terkecuali seorang janda.
“Saya tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Saya ingin hidup bahagia bersama orang yang saya cintai,” ujar Santi tegas.
Kisah Santi dan Suri menjadi inspirasi bagi janda-janda lain di Bulukumba. Mereka membuktikan bahwa menjadi janda bukanlah aib, tetapi sebuah keberanian untuk menjalani hidup dengan penuh harapan dan optimisme.
Dengan dukungan pemerintah dan perubahan pandangan masyarakat, mereka yakin bisa meraih kebahagiaan yang selama ini mereka dambakan.
Kontak Whatsapp
Janda Bulukumba Cari Jodoh
Jika anda berminat menjalin hubungan, Silahkan isihkan detail anda pada form dibawah ini, lalu Aisyah akan secepatnya menghubungi anda untuk melakukan proses perkenalan, dan semoga menjadi pasangan yang cocok